src='https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js'/> Cerpen - Ketika Cinta Melepas Diri - Aleniasenja.com

Cerpen - Ketika Cinta Melepas Diri

Ketika Cinta Melepas Diri - Terlanjur lepas, mungkin hati tak mampu lagi untuk berkata jika aku masih merindukanmu, mencintaimu dan membutuhkanmu. Aku yang pernah berkata jika aku adalah cinta yang datang kepadamu untuk memberimu bahagia bukan air mata, namun perkiraanku salah, kau abaikan rasa yang begitu tulus mencintaimu tanpa ada celah untuk pergi meninggalkan bahkan mempermainkanmu. 

Saat itu, aku berusaha untuk menepis semua apa yang dikatakan orang tentangmu adalah buruk, namun aku percaya jika kau adalah orang yang baik dan wanita yang akan memberi tempat untuk menjalin cinta hingga ke mahligai pelaminan nantinya. 

Namun semua pengorbanankku untukmu sepertinya belum mampu membuatmu percaya dan tangguh menghadapi waktu untuk bisa yakin jika aku serius dalam menjalani hubungan tersebut. Kau meninggalkan cinta yang telah aku hidangkan dengan rasa sepenuh hati untukmu, bukan sekedar hari itu, namun aku ingin selamanya. 

Padahal kau yang memulai duluan menyakinkanku jika kau mencintaiku saat itu. Aku berusahan untuk berkata jika aku bukanlah orang yang terbaik untukmu, dan aku selalu berusaha agar kau mencari orang lain saja. Namun perkataanku kau tutupi dengan cinta palsu yang kau berikan untukku. Kau abaikan nalurimu berkata, jika kau ingin meninggalkanku setelah kau mendapatkan apa yang kau inginkan dariku. 

Aku tak pernah berpikir jika itu adalah hal yang buruk yang ingin kau lakukan padaku. Jika saja kau mengerti dan memahami kondisiku saat itu, maka sudah pasti kau tak akan pernah meninggalkanku. Namun kenyataannya berbeda, walaupun aku pernah memberimu penjelasan tentang segala yang ingin kau berikan untukmu, kau akan tetap pergi. 

Saat itu aku telah merelakan waktuku untuk aku habiskan bahagia bersamamu, aku mencintaimu setulus hati, tanpa ada basa-basi dan juga niat jahat kepadamu. Aku sangat nyaman denganmu, bahkan saat bersamamu, aku merasa aku memiliki dunia yang baru setelah cintaku kandas ditelan dusta yang meninggalkan luka dalam hatiku. 

Namun keputusanmu itu diluar nalarku, diluar perkiraanku, dan diluar akal sehatku, dimana pada saat itu kau pergi tinggalkan aku yang masih rentan dengan rasa sakit yang begitu mendalam. Kau pergi tanpa ada salah yang aku perbuat terhadapmu, kau meninggalkan cinta yang belum lama tumbuh dengan sangat baik dalam hatiku. 

Aku berusaha untuk meminta penjelasanmu pada saat itu, namun tak sepatah kata pun aku dapatkan darimu. Aku binggung dan aku sangat takut jika kau meninggalkan aku karena aku yang salah. Tapi perlahan aku meminta kabar dari orang terdekatmu, tentang alasan itu terjadi. Akhirnya aku menemukan jawabannya walaupun itu belum mampu aku tebak benar atau salah, yang jelas dari teman-temanmu berkata jika kau telah memilih kekasih yang lain disana. 

Merasakan hal itu sudah terjadi, kau pun telah melepaskan tanganku, maka aku harus bilang apa. Aku tak mampu berbuat banyak untuk bisa menahanmu, karena kepergianmu bukan karena inginku, tapi kau sendiri yang menginginkan itu semua terjadi. Dan aku hanya mampu berkata, jika kau tak membutuhkanku lagi untuk meneruskan cinta yang kau miliki dalam hidupmu. 

Sulit untuk aku bilang jika itu cinta yang kau berikan untukku hanya bertahan dalam waktu yang sangat rentan. Seadainya saja aku dapat membaca jika kau hanya ingin mempermainkan aku, maka saat itu aku tak akan memberimu kesempatan untuk tidak mengenalku saja. Aku pasti akan bertahan dalam kesendirian yang makin membuatku bsa untuk melepasnya pergi menemukan bahagia yang sejati di dunia ini. 

6 Bulan berlalu, aku telah merelakan dan mengikhlaskan semua berlalu, termasuk kamu yang telah pergi bersama cinta yang kau punya untuk menjalani bahagia dengan yang lain. Aku telah menyadari semua yang terjadi, aku telah memahami dengan sangat baik, dan aku rasa hatiku semakin kuat untuk bisa bertahan jika aku akan terluka untuk sekian kalinya. 

Taukah kau, hingga saat ini pun aku kadang merindukanmu, aku masih merasakan jika kau tak pergi begitu cepat dan ingin hidup bersamaku, namun sesaat aku menyadari diri, jika kau telah pergi dariku dan mungkin disana kau tak pernah mengingatku lagi sebagai orang yang begitu ingin memilikimu. 

Genap 1 tahun berlalu, Tak ada hujan dan tak ada angin, aku menerima sebuah pesan dari temanku disana jika ada seseorang yang ingin meminta nomorku. Aku bertanya siapa dia, temanku menjawab, jika aku akan tau sendiri jika nanti telah mendapatkan pesan darinya. 

Aku mempersilakan temanku memberi nomor telponnya, tak menunggu waktu lama, pesan singkat masuk ke dalam hpku berkata jika itu adalah kamu, kamu yang pernah meninggalkan aku saat itu, saat dimana aku sangat membutuhkanmu. 

Melihat pesan singat dari nomor yang tak asing lagi bagiku tersebut, seakan aku kembali ke masa yang dulu, disaat rasa sakit yang ada dalam hatiku kambuh kembali. Kau menginggatku kepada waktu yang saat itu sulit untuk aku terima ketika kau meninggalkan harapan dan do’a yang selalu aku dengungkan untukmu. 

Aku tak membalas pesan singkatmu, ma’afkan aku jika kau menunggunya. Bukan karena aku tak punya pulsa atau pun marah dan kecewa kepadamu, namun hanya saja aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yang pada akhirnya aku makin tenggelam pada masa lalu yang membuatku harus bangkit dengan susah payah. 

Aku menghapus pesan singkatmu dan juga nomor telpon. Namun beberapa hari kemudian, temanku menelponku jika kau bilang kepada temanku jika kau ingin aku mengerti jika kau ingin kembali lagi seperti dulu, dimana aku begitu mencintaimu setulus hati tanpa syarat apapun darimu. Mendengarkan perkataan temanku itu, bukannya aku tak ingin mengulangi dan memberimu kesempatan lagi untuk hadir dalam hidupku, namun untuk saat ini aku belum mampu untuk menahan rasa kecewaku jika aku harus menjadi pria yang memiliki prinsip untuk bisa bertahan hidup dari cerobah cinta yang datang hanya akan membuatku terluka kembali. 

Aku bukan malaikat yang mampu memberi kesempatan lagi untuk mengulangi hal yang sama. Aku manusia biasa yang hanya mampu bertahan seperti apa yang bisa aku pertahankan untuk bisa menjalani kehidupanku dengan sebaik mungkin. Jika kembalimu adalah luka yang hanya tersemat dalam hatiku, maka itu tak akan pernah baik bagimu dan juga bagiku. 

Ma’afkan aku jika aku harus memiliki untuk berkata jika cinta yang aku punya untukmu dulu telah menghilang ditelah rasa sakit yang begitu mendalam dalam hatiku. Ma’afkan aku jika aku tak bisa memberimu kesempatan yang kedua kalinya, bukan karena aku tak memiliki cinta lagi, namun aku hanya tak ingin kau menjadi wanita yang terus menerus menyakiti perasaan orang lan. 

Aku melakukan itu semua juga demi kebaikanmu di masa yang akan datang, jika tak semua orang dapat diperlakukan dengan semaumu bisa. Aku salah satu orang yang memiliki prinsip dalam hidupku, metika sesuatu itu sudah terlepas, maka bagiku sulit untuk mengembalikan seperti sedia kala, walaupun bisa mungkin hanya Tuhan yang mampu menyembuhkannya. 

Menolakmu kembali juga bukan karena aku membencimu karena luka itu, bukan pula aku tak ingin kau bahagia, namun aku bukanlah orang yang tepat untuk kau berada dan singgah lagi. Aku bukanlah orang yang tepat untuk kau berlabuh kembali. Aku bukan pilihan yang akan membuatmu bahagia, dan aku bukanlah waktu yang akan memberimu senyum dan tawa dalam harimu. 

Aku harap kau semakin dewasa dalam bersikap, dan selalu belajar dengan hal yang kau lakukan dalam hidupmu. Aku hanya bisa berdo’a untukmu dan kebahagianmu, agar kau dapat menemukan orang yang memang bisa memberimu bahagia dan aku harap kau tak mengulangi kesalahan atas apa yang pernah yang kau lakukan saat itu kepadaku. 

Aku tak mampu menebak dan mengira siapa wanita yang akan aku dapatkan dalam dunia ini, termasuk kau. Jika pun aku masih mampu berkata dan memilih, maka aku harap tuhan mengabulkan permintaanku agar aku tak dipertemukan denganmu lagi dimasa yang akan datang. 

Aku telah menyelesaikan tugasku denganmu baik tentang rasa sakit dan kecewa yang aku dapatkan dari mereka yang menyakitiku. Bukan aku tak ingin membina silaturahmi dengan mereka, hanya saja aku tak ingin terus menerus menyimpan rasa sakit hati ini terlama dalam hati jika aku harus bertemu dengan mereka di masa yang akan datang. 

Teruntuk kamu yang pernah aku cinta dan sayang, bakan aku pernah mengatakan disetiap sujudku agar kau adalah wanita terakhir yang ingin aku semogakan dalam hidupku. Namun itu tidak menjadi kenyataan yang mengikat, namun perlu kau tau jika aku pernah tersenyum dan bahagia saat itu, saat kau berkata jika aku adalah orang yang dikirimkan Tuhan untuk memberimu bahagia dalam hidupmu. 

Walaupun itu hanya kenangan darimu, dan kini kau ingin mengulangi perkataan yang sama tersebut kepadaku. Mungkin aku sulit untuk bisa tersenyum kembali dan bahagia kembali, karena rasa itu telah aku simpan dengan kunci luka dalam kenangan hidupku saja. Aku harap kau tak berusaha untuk membuatku membukanya kembali, jika kau pun kau memaksa, maka kuncinya ada pada Tuhan yang mungkin bisa membukanya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel