src='https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js'/> Cerpen - Pria Penenun Malam - Aleniasenja.com

Cerpen - Pria Penenun Malam

Pria Penenun Malam - Separuh dari malam berlalu, terlihat seorang pria jelek duduk menyepi dengan muka kusam kelabu, dingin tanpa ekspresi nyata menatap layar laptop mungilnya penuh deburan ketikan jemari payahnya.
Cerpen - Pria Penenun Malam

Di dekatnya, Terlihat secangkir kopi yang telah dingin ditiup malam menemaninya. Entah apa yang ia lakukan, sepertinya ia tak terlihat melakukan hal yang hebat ataupun jahat, yang terlihat sesekali ia merilekskan matanya memandangi langit sunyi. sepertinya ia sedang melihat sesuatu tentang arti malam dengan kata-kata hingga menjadi kalimat pembuka dalam sebuah tulisan.

Aku mencoba mencari tau siapa dia sebenarnya?, tanpa basa-basi, diri dan hati ini bertanya galau mendekati pria itu. Walah!, ternyata orang itu diriku sendiri yang begitu sering menghabiskan malam dengan duduk terpaku dengan posisi sama, berkawan nyamuk nakal, laptop mungilku untuk diajak berkonsultasi tentang apa yang pikirkan tentang siang.

Aku sendiri sebenarnya kurang paham tentang apa yang terjadi dalam diriku ini. Aku ini seakan hidup seperti amoeba saja, membelah diri ketika malam menyelimuti bumi ini. Kok bisa seperti itu?, Iya, Dimana setiap malam datang, aku begitu sering bicara dengan diriku sendiri, seakan akan memilki kembaran yang tak kasat mata tapi terasa dia ada.

Ragaku berkata jika itu hanya halusinasiku saja, atau sejenis kaum pendusta Tuhan yang suka berbisik menggodaku untuk melupakan kodratku sebagai hamba-NYA, lalu berkhianat dalam dosa yang mencelakan hidupku. Tapi pikirku berkata itu bukan, Keadaanku baik-baik saja, dan tidak sedang kesurupan, bermimpi atau mabuk angin malam jika aku memang benar memiliki bayangan selain jiwaku sendiri. 

Jika itu memang halusinasiku saja, kenapa aku begitu sering terlena dengan apa yang pikirku katakan kepadanya?. Ia selalu menjawab apa yang aku maksud dan apa yang aku bayangkan saat itu, Bukanlah aku juga harus percaya dengan hal gaib seperti yang melintasi diriku saat ini dalam keadaan begitu menyeramkan?, Jika iya, berarti aku tak salah dong!.

Aku ini masih normal, dan 100% masih sadarkan diri, bukan orang gila sepertimu!, Iya gila dunia yang membuatmu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, jabatan dan kedudukan seperti yang terjadi di negeri ini.

Hal yang membuktikan jka aku masih waras, dimana aku masih bisa menulis seperti saat ini, berarti itu menandakan jika aku ini tidak gila, kamu yang gila berarti mau saja membaca tulisanku yang membosankan ini. Aku berkata seperti itu tentang diriku sendiri, jangan dibawa seriuslah!, dan tak usah dibahaslah, lagian ngak penting juga!.

Aku berkata seperti itu mungkin juga karena aku merasa tak ada orang yang ingin aku ajak bicara, tak ada tempat lagi yang dapat aku jadikan lahan untuk menyampaikan apa yang sedang terjadi pada diriku sendiri. Jadi, wajar saja jika aku sampaikan saja kepada malam. karena aku pikir, malam lebih tenang dalam menanggapi apa yang ingin aku sampaikan dan ingin aku katakan sepuas hati.

Buktinya saja ketika aku bicara sendiri seperti saat ini, Malam tak pernah protes tuch tentang apa keinginananku. Malam tak pernah marah dan merasa risih tentang apa yang aku ceritakan kepadanya, ia selalu tenang dan hening saja bahkan tak buru-buru biar siang melenyapkannya. 

Walaupun malam tak menjawab bahkan tersenyum juga tidak, aku tak berpikir buruk tentangnya, apakah ia sudah bosan mendengar perkataanku yang itu-itu saja, atau memang akunya saja memang sok penting yang ingin di dengar dan dihargai seperti mereka, mereka yang merasa berjasa untuk negeri ini, bekerja untuk negeri sehingga leluasa mengambil harta negeri ini untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Tapi bagiku bodoh amat, itukan mereka!, apa peduli gue. Yang jelas, aku mungkin saja akan seperti itu jika sudah susah payah untuk menjadi pejabat, habis uang untuk berkampanye, jadi wajar saja mereka jika harus balik modal, benar ngak sich!.

Tak apalah, yang pastinya aku lebih menyukai malam ketimbang siang. Kok bisa?, ya bisalah, karena malam tidak seperti siang, dimana saat aku berjalan saja, ia sudah marah dengan memberiku terik. Baru bersuara sedikit saja aku di bilang hoax, dibilang pengadu domba, jual agama dan bising pasti. baru punya sedikit uang saja, aku sudah di bilang sombong, dan baru beli smartphone baru saja, sudah di bilang pamer, Baru punya pacar cantik saja sudah nggak mau nengor, dan apalah itu, pusing mikirinnya.

Tegakan siang sama gue!, Makanya aku lebih suka malam untuk diajak bicara. Aku lebih suka malam untuk diajak berdebat, karena malam selalu berkata iya dan iya kepadaku tanpa ada protes.

Tapi itu bukan itu alasan utamaku lebih menyukai malam daripada siang. Alasan utama tentunya rahasia dong, tapi bolehlah aku bocorkan sedikit demi menghancurkan kecurigaanmu terhadap aku yang suka berdiam diri ketika malam berlalu, dan suka dikatain dengan tidak waras bin gila karena suka bicara sendirian ketika malam datang, seperti penyakit ayan atau seperti memang mengidap penyakit pobia siang.

Bukan itu, Aku menyukai malam karena malam itu tempat satu-satunya yang dapat memberiku ruang gerak lebih leluasa untuk aku berkata, berbicara dalam kalimat seperti yang aku tuliskan ini. Tak seperti siang, aku selalu dibenci dengan kesibukan, omong kosong para pencari muka, para pengedar nafsu dan para penjilat dosa. Aku sangat terganggu dengan hal itu, itulah sebabnya aku begitu sulit menampakan wajah ketika siang menjelang, tapi aku bukan kalong.

Aku hanya tak ingin menjadi teman setia siang, aku ingin jadi sahabat malam saja, karena malam tidak ada keegoisan, ketamakan, kesombongan, suka pamer, dengki, iri, ingin menang sendiri, dan juga keangkuhan seperti monster siang. 

Sebenarnya apa sich yang aku ingin lakukan bersama malam yang telah menemaiku sejak dulu?. Benggong hingga ngiler?, tidak juga!. Lalu apa yang aku dapatkan dari kawan lamaku ini?, ya banyaklah!, salah satunya adalah aku sudah sukses meratapi nasib penuh khayal hingga aku suka senyum-senyum sendiri.

Khayal kok dibanggakan!, ya ngak bangga juga scih!. Aku berkhayal bukan ingin menjadi kaya, tapi yang aku khayalkan adalah imanjinasiku sendiri ketika jemariku bergerak ganas diatas keyboard notebook jelekku ini yang sudah bertahun-tahun tak pernah mandi, ganti baju bahkan ganti kulit, hahaha, seperti ular saja ganti kulit.

Aku berkhayal bersama malam, jika aku berada dalam sebuah kesuksesan besar suatu hari kelak, tak seperti kau hanya duduk bersama sepi, menangisi malam kenapa tanpa bintang dan bulan. Ya wajar saja kau kesurupan!, ya wajar saja kalau kau stress, dan wajar saja rohmu dirasuki tetangga sebelah.

Aku menyukai malam bukan karena aku juga gila dan stress sepertimu. Sorry bae!, aku ini orang waras kali, hanya saja karena kurang tidur, jadi kadang pikiranku suka ngedrop sehingga kalau ada orang yang bicara kepadaku kadang suka tidak nyambung, tapi aku masih bisa dengar kok!, mendengar jeritan hatimu yang begitu sepi menanggung rindu.

Yang jelas!, aku bukan orang stress atau pun gila, hanya saja aku sedikit miring kali ya lebih tepat rasanya gelar itu untukku. suka kok sama malam!, coba sukanya sama kamu, iya kamu yang dulu pernah aku lihat tersenyum penuh cinta. Aku sebagai seorang lelaki, lihat kamu tersenyum, jadi pengen nafkahin saja bawaannya. becanda!, Jangan baperlah!.

Tapi apapun ocehanmu, aku tak akan menanggapinya dengan serius berhias emosi. Aku cukup sadar ketika ada kata dan kalimat yang ku dengar dari siang tentang apa yang terjadi pada diriku ini. Aku sangat memahami dengan kondisi siang yang penuh dengan ribuan penikmat rejeki dari Tuhan namun lupa bersyukur. Jika bahagia lupa, jika sudah susah saja baru sibuk cari Tuhan!, hebat dan luar biasa hamba-MU!.

Sementara aku tidak mau seperti itu, aku ingin seperti malam saja, yang gemar memberiku irama hening tapi sedikit menusuk hati. Aku tidak mau seperti itu, aku ingin seperti malam saja, sepi tanpa ada yang mau peduli dengan keadaanku saat ini, tapi aku merasa tenang.

Biarkan saja, biar melepuh bahkan lumpuh diriku ini. apakah aku akan jera menjadi bagian dari malam?, tidak juga!. Sampai saat ini bahkan detik ini, Aku selalu ada ketika malam datang melewati siang dan senja.

Jangan merasa bersalah seperti itu!, lagian aku seperti ini bukan karena permintaanmu. Aku berada di waktu malam bukan tidak bisa tidur, banyak nyamuk dan tidak sanggup beli obat nyamuk, atau melakukan kejahatan lain seperti mereka yang mungkin mencari rejeki pada malam hari.

Aku tidak melakukan hal seperti itu, aku ini hanya duduk diam saja, duduk bukan bengong seperti kamu, tapi aku duduk dengan pikiranku sendiri, dengan apa yang ada disekitarku yang mungkin bisa aku ajak musyawarah hingga menemukan jalan untuk bisa menghadapi garangnya siang menjadi mahakarya yang bisa mereka nikmati nanti.

Aku ingin bicara kepada mereka yang ada disekitarku saja, entah itu kucing, cicak, sapu lidi, tembok kamar kostku, dengan pakaian yang berserakan dimana-mana, atau kipas angin yang memiliki suara merdu tapi terkadang menganggu konsentrasiku. 

Atau juga aku bicara kepada bintang, langit gelap atau juga bicara kepada purnama yang masih sudi muncul. Ya apa sajalah yang ingin mendengarkan celoteh ngelanturku ini. tak peduli ia berkenan atau tidak!, yang jelas!, selama ini, apa yang aku ajak menjadi pendengar resahku, oke-oke saja sepertinya.

Tak banyak protes seperti suara siang, yang sudah tau bersalah, masih saja protes, sudah tau makan hak orang lain bahkan rakyat sendiri, masih saja membela diri, dan yang lebih parahnya lagi nich ya!, mereka sudah tau korupsi, masih saja tak tau diri, main serobot sana sini, ngak malu apa Pak, bu!.

Dan ada juga berita dari siang, jika saat ini banyak mereka yang kebal hukum katanya. Kebal bagaimana ceritenye?, hello, sudah tau negeri kita ini negeri hukum, mana ada yang kebal hukum!.

Tapi itu memang benar kok!, Lihat saja jika renunganku tak salah, dimana ketika orang kecil bersalah, hukumannya luar biasa tertindas, namun ketika mereka yang berdasi dinegeri ini bersalah, wah bukan main di adili dengan sebaik mungkin bahkan penegak hukum saja dimusuhi, busyet dah, rakus amat yak tuch bocah!.

Katanya sich negeri ini negeri hukum!, ya wajar doang kalau ada pembelaan, wajar dong kalau pakai pengacara super hebat yang siap membela mati-matian. Lalu bagaimana dengan rakyat jelata, mau makan saja susah, bagaimana mau sewa pengacara, ya akhirnya pasrah saja, merelakan diri untuk menginap di ruangan gratis.

Binggungkan!, kenapa aku berkata seperti itu?, Jangan binggung atuh, biasa aja dong mukanye!, itu Cuma cerita yang aku ceritakan kepada malam, bukan dengan kamu. Aku mengatakan seperti itu hanya sekedar berbagi dan mungkin saja dapat menguraikan malam agar tidak sepi-sepi amat.

Tapi sudahlah ya!, aku ini juga tak paham-paham amat tentang kondisi siang yang kadang suka berubah menjadi monster jahat seperti di film-film kata teman-temanku. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku ketika malam, bukan karena aku ini kalong, tapi lebih senang dikatakan mirip.

Aku terbiasa dengan angin malam, walaupun sering masuk angin, dan kata lagu bang haji Rhoma Irama begadang itu berbahaya bagi kesehatan. Tapi aku masih saja bandel tak mau dengar omongan mereka. Ya paham sich dengan hal tersebut, tapi kalau aku tak bisa tidur, lalu bagaimana?, masalah buat lo!, masa setiap malam harus minum obat tidur, yang ada bukannya sehat, malahan bisa “Is death” kata orang jawa bilang.

Ya aku sich pengen banget seperti kalian, yang bisa tidur dengan nyaman di tempat tidur yang empuk, ruang kamar yang nyaman sehingga bisa bangun pagi dengan segar dan berangkat beraktivitas dengan semangat. Tapi saat ini aku belum mampu seperti itu, bukannya sombong ya, memang keadaanku saat ini belum menggapai batas itu untuk hidup layak seperti kalian.

Jika aku lebih menyukai malam bukan pula aku membenci siang, hanya saja aku tak memiliki kegiatan lain di siang hari, aku ini masih pengangguran kelas berat yang hanya mengandalkan rejeki di waktu malam datang, ya wajar saja aku lebih menyukai malam ketimbang siang, pahamkan maksud ane!.

Aku juga tak mencari rejeki dengan cara yang haram kok kuy, walaupun aku tak mengerti haram dan halalnya, tapi paling tidak aku mengerti jika apa yang aku kerjakan ini dapat memberiku keberkahan dalam hidup ini.

Ya Apapun itu, sudahlah!. Saat semua berlalu, malam pun kiang larut, aku masih terjaga dan selalu mengandalkan kecerdikan jemariku untuk menari indah diatas tombol huruf keyboard notebook untuk menuliskan apa yang aku pikirkan dan apa yang inginkan tersampaikan lewat karyaku ini.

Tak banyak yang aku harapkan dari apa yang telah aku habiskan bersama malam-malam dalam hidupku ini dengan coretan murahan ini. yang jelas, jika aku menuliskan ini untuk sekedar menyampaikan keresahan hati tentang siang yang kadang sulit untuk diartikan dalam akal sehatku, maka malamlah yang menjadi jawabannya.

Alhasil, aku menemukan apa yang seharusnya aku dapatkan. Seperti malam yang selalu memberiku tempat tersendiri untuk bisa menuangkan anugerah Tuhanku melalui tulisan yang dapat aku sampaikan kepada mereka yang mungkin tak bisa hidup selayaknya hidup di dunia ini. Bukan seperti aku, tapi seperti apa yang aku rasakan saat ini.

Aku bagian dari mereka yang selalu berlomba untuk mencari sesuap nasi demi bertahan hidup dalam cerdiknya waktu mengatur tempat dimana rejeki itu berada. Entah siang, dan malam selalu memberi tempat yang berbeda kepada setiap insan yang ada di hamparan kerasnya dunia ini.

Bukan salah takdir, nasib atau pun salah kaprah dalam menjalani hidup, namun memang sudah menjadi pusat dari kewajaran sejatinya hidup yang telah tergariskan semenjak suara adzan terdengung diteliga kita waktu kecil dulu.

Tuhan tak pernah salah, orang tua pun sama seperti itu, hanya saja kadang aku belum mengerti dan belum sampai ilmunya untuk bisa mengerti tentang keadaan hidup yang semakin hari membuatku semakin terdampar dalam keperihan waktu.

Aku harap kau tak sepertiku dan mengikutiku, hanya berkawan malam untuk berkata, berteman malam untuk bercerita. Itu sulit bagimu, lebih baik kau berkawan dengan siang saja, karena banyak hal yang dapat kau lakukanm, katakan, dapatkan dan miliki jika kau tak terbuai dalam kehancuran waktu dirimu sendiri.

Huruf tak akan pernah menjadi kata, jika kau tak mengejanya. Dan kata tak pernah menjadi kalimat jika kau tak menatanya menjadi sebuah arti. Begitu juga hidup yang kau miliki, kau tak akan pernah bisa menjadi berarti jika kau tak mengubahnya sendiri.

Semoga saja tulisan jelekku ini dapat menjadikanmu orang yang luar biasa bukan sekedar orang yang suka diluar saja dengan melakukan kegiatan hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali bagimu dan juga orang lain. Akhir dari kakimatku mungkin terlalu pendek untuk aku ucapkan terima kasih, tapi bolehlah untuk mengucapkannya kepadamu agar aku tau diri jika terima kasih itu tak mahal harganya, salam dari pria penenun malam, MS!.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel